Tradisi Perang Pandan atau Mekare Kare di Desa Tenganan

Tradisi Perang Pandan atau Mekare Kare di Desa Tenganan


mekare kare desa tenganan Seni dan budaya Bali memang selalu unik kalau dibahas. Kali ini akan membahas tradisi perang pandan yang diadakan setiap tahun di desa Tenganan yaitu sebuah desa Bali Aga yang berada di kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi perang pandan atau dalam bahasa Bali disebut dengan Mekare-kare dilakukan oleh pemuda dengan berpakaian adat Bali dengan bertelanjang dada. Tradisi ini diawali dengan melakukan ritual mengelilingi desa untuk memohon perlindungan dan keselamatan untuk sukses acara ini diselenggarakan.
Alat utama dalam tradisi ini adalah Tameng / perisai yang biasanya terbuat dari bambu atau rotan dan daun pandan yaitu tumbuhan semak yang daunnya memiliki duri-duri yang sangat tajam. Acara ini dilakukan oleh sepasang pemuda yang satu sama lainnya saling menjadi lawan mirip dalam pertandingan olah raga tinju dan ada seseorang yang bertugas untuk memimpin jalannya pertandingan layaknya wasit. Pertandingan akan berakhir setelah salah satu peserta sudah menyerah atau dirasa sudah cukup oleh pemimpin pertandingan. Karena tajamnya duri pandan yang dipakai dalam tradisi ini maka hampir semua peserta akan tergores dan mengucurkan darah, setelah acara selesai semua peserta akan diobati dengan obat tradisional yang telah disiapkan dan biasanya terbuat dari parutan kunyit dengan ditambahkan minyak kelapa. Akhir dari tradisi ini adalah peserta maupun masyarakat desa akan menyantap hidangan yang telah tersedia secara bersama-sama (megibung) dan disini terlihat kebersamaan dan kebahagian yang begitu kental.
Tradisi Perang Pandan, kalau biasa orang luar mengenal hanya sekali, sebenarnya itu dalam satu tahun rangkaiaanya pada sasih kelime yang di sebut juga ngusabe kapat ini dilakukan 4 kali di depan bale agung,di depan petemu kelod,di depan petemu kaje,dan di depan petemu tengah yang 4 kali ini di ramaikan 2 kali, jadi kalau yang akan datang tanggal 25 juni dan tgl 26 juni yg akan datang tanggalnya tidak akan persis karena itu semua mengacu pada dasar kalender tenganan, kalender tenganan sebenarnya sama dengan kalender sistim sasih di bali, tapi penempatanya beda dan dasarnya beda kalau sistim sasih di bali yg namanya purname pasti bulannya penuh, kalau di bali sekarang sasih kapitu kalau di tenganan sudah sada satu tahunnya 12 bulan juga tapi tenganan mengenal 3 tahun sekali satu tahun menjadi 13 bulan, jadi kebetulan tahun 2013 nanti 13 bulan upacaranya lebih padat ada upacara yang hanya berlangsung 3 tahun sekali jadi tahun pertama 360 tahun kedua di kurang 8 ,352 tahun ketiga di kurangi 7 menjadi 345

sumber


Posted by Unknown, Published at 7:44 AM
Copyright © 2013 HollaBali | thanks to google